laporan praktikum kultur jaringan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik isolasi bagian-bagian tanaman, seperti jaringan, organ, ataupun embrio, lalu dikultur pada medium buatan yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu beregenerasi dan berdiferensisi menjadi tanaman  lengkap. Jaringan yang sering digunakan dalam teknik kultur jaringan tanaman  adalah kalus, sel, dan protoplas; sedangkan organ tanamannya meliputi pucuk, bunga, daun dan akar.
Teknik kultur jaringan tanaman memiliki prospek yang lebih baik daripada metode perbanyakan tanaman secara vegetative konvebsional dikarenakan keuntungan-keutungan berikut ini. Pertama, jutaan klon dapat dihasilkan dalam waktu setahun hanya dari sejumlah kecil material awal. Dengan metode vegetative konvensional diutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah yang sama dan jumlah bahan awal yang diperlukan pun lebih besar. Kedua, teknik kultur jaringan menawarkan suatu alternative bagi spesies-spesies yang resisten terhadap sistem perbanyakan vegetative konvensional dengan melakukan manipulasi terhadap factor-faktor lingkungan , termasuk penggunaan zat pengatur tumbuh. Ketiga, kemungkinan untuk mempercepat pertukaran bahan tanaman di tingkat internasional. Apabila ditangani secara hati-hati, status aseptik dari bahan tanaman mengurangi kemungkinan bagi introduksi ataupun penyebaran penyakit tanaman. Keempat, teknik kultur jaringan tidak tergantung pada musim.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu diadakan praktikum kultur jaringan mulai dari sterilisasi alat sampai dengan penanaman. Hal ini dimaksudkan agar segala hal yang diketahui tentang kultur jaringan bukan hanya sekedar mengetahui tentang adanya kultur jaringan, tetapi dapat membuat bibit tanaman melalui kultur jaringan. Agar semua yang diketahui tentang kultur jaringan bukan sekedar teori, tetapi dapat diaplikasikan dalam praktikum untuk dijadikan pengabdian kepada masyarakat.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini agar kita dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan media itu sendiri dan cara mengkultur tanaman dengan baik agar menghasilkan tanaman mini yang sempurna.
Kegunaan dari praktikum pembuatan media kultur jaringan yaitu mengetahui tata cara penyediaan bahan  tanaman untuk kultur jaringan serta mengetahui tata cara sterilisasi, serta pembuatan media yang benar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
           
Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.      
            Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Widianti,2003). 
            Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro (Andini,2001).
            Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan yaitu sebagai berikut yang dimulai dari Pembuatan media, Inisiasi,  Sterilisasi,Multiplikasi,Pengakaran,Aklimatisasi (Harianto,2009).
            Keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan antara lain ditentukan oleh pengunaan komposisi media yang sesuai. Sejumlah laporan telah menunjukkan bahwa setiap genotip (varietas) membutuhkan komposisi media tertentu guna mendukung pertumbuhan eksplan yang optimal (Takumi dan Shimada, 1997; Iser et al., 1999; Basri, 2003). Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah komposisi media yaitu kebutuhan zat pengatur tumbuh khususnya kombinasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan. Terdapat dua kelompok zat pengatur tumbuh yang sering digunakan yaitu kelompok auksin seperti Indoleacetic acid (IAA) dan naphthaleneacetic acid (NAA) sedangkan kelompok sitokinin misalnya kinetin dan benzylamino purine (BAP). Penggunaan auksin (IAA dan NAA) dan sitokinin (BAP dan kinetin) pada konsentrasi yang tepat dapat memacu pertumbuhan eksplan, terutama pembentukan daun, tunas dan ruas (Gunawan, 1988; Wardiyati, 1998; Cameiro et al., 1999).
            Dari sekian banyak jenis media dasar yang digunakan dalam teknik kultur jaringan, tampaknya media MS (Murashige dan Skoog) mengandung jumlah hara organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur (Gunawan, 1990). Media MS merupakan media dasar yang umumnya digunakan untuk perbanyakan sejumlah besar spesies tanaman. Media dasar tersebut kaya akan mineral yang merangsang terjadinya organogenesis. Demikian pula untuk perbanyakan berbagai tanaman obat (Mariska dan Lestari 1995) dan tanaman hias (Been-Jaacov dan Langhans 1972; Nandang 1993) media dasar MS memberikan hasil yang baik. Walaupun demikian, pada beberapa spesies tanaman pemakaian media dengan kandungan garam mineral yang kaya dapat menghambat pertumbuhan kultur. Modifikasi kadar makro dan mikro dapat lebih menguntungkan.
Dalam kultur jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).
Untuk memenuhi faktor pertumbuhan tanaman, media kultur jaringan yang baik mengandung :
a.       Hara anorganik
Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur (Anonim, 2011).

b.      Hara organik
Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya.Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media.Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi.Dengan penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino (Anonim, 2011).

c.       Sumber karbon
Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energi bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalamkultur (Anonim, 2011).

d.      Agar
Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel.Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan (Anonim, 2011).

e.       pH
Media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum.Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat (Anoni, 2011).
f.       Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh.Zat pengatur tumbuh (Anonim, 2011).

g.      Air
Distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media (Anonim, 2011).



h.      Pemilihan Media
Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1.Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah.Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2 mgL-1 ditambahkan (Anonim, 2011).



BAB III
METODOLOGI

3.1    Tempat dan Waktu
Praktikum ini mulai dilaksanakan pada tanggal 7 November s/d 12 Desember 2012  di Laboratorium Silvikutur Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura.

3.2    Alat dan Bahan
3.2.1    Alat
Pada kultur jaringan alat-alat yang digunakan pada praktikum kultur jaringan antara lain:

a.       3 botol kultur
b.      timbangan analitik
c.       beaker glass
d.      cawan petri/kaca blok
e.       label
f.       tissue
g.      laminar air flow
h.      autoclave
i.        oven
j.        scalpel
k.      ph meter
l.        aluminium foil
m.    pipet tetes
n.      Erlenmeyer 100 ml & 500ml
o.      gelas ukur
p.      alat tulis menulis


3.2.2    Bahan
Adapun bahan yang kami gunakan antara lain :
a.       Aquades
b.      Bahan kimia untuk membuat larutan stok yang terdiri dari:
Ø Stok makro nutrient, meliputi : NH4NO3 16,5gram, KNO3 19gram, CaCl 2H2O 4,4gram, MgSO4 3,7gram, KH2PO4 1,7gram
Ø Stok mikro nutrien, meliputi : MnSO4 2,23gram, ZnSO4 0,86gram, H3BO3 0,62gram, KI 0,83gram, NaMO4 0,0025gram, CuSO4 0,00025gram, CaCl2 6H2O 0,000025gram.
c.       Clorox 20%
d.      Air kelapa 15%
e.       Gula 30 gram
f.       Agar-agar 8 gram
          
3.3    Langkah Kerja
3.3.1    Sterilisasi Alat
a.       Menyuci bersih peralatan dengan detergen dan membilas dengan air dan aquadest.
b.      Membungkus peralatan dengan kertas coklat/Koran dan karet.
c.       Mengoven peralatan pinset, scalpel, dan lain sebagainya dengan temperatur 200̊C  selama 2 jam.
d.      Memasukkan media ke dalam botol kultur dan menutup dengan kertas alumunium foil dan memanaskan selama 20-30 menit dengan temperature 121°C dengan tekanan 17,5 psi.

3.3.2        Sterilisasi Media
a.      Mempergunakan media tanam yang steril pada kultur in vitro sebagai upaya menghindari kontaminasi selama kultur.
b.      Menggunakan teknik sterilisasi basah dengan autoclave.
c.       Memasukkan media yang telah dibuat ke dalam botol kultur dan menutup dengan kertas aluminium foil.
d.      Melakukan sterilisasi  selama 20-30 menit pada temperatur 121°C dengan tekanan 17,5 psi.

3.3.3        Sterilisasi Eksplan
a.         Menyiapkan biji rambutan yang berkualitas baik
b.        Pisahkan rambutan dengan kulit ari.
c.         Cuci dengan air mengalir dan cuci pake detergen
d.        Ambil menggunakan pinset dan simpan ke aquades yang ada di dalam erlenmeyer
e.         Masukkan 25 ml clorox dan aquades 100 ml ke dalam erlenmeyer.
f.          Masukkan biji yang sudah steril kedalam larutan aquades dan clorox ke dalam erlenmeyer.
g.         Kemudian goyangkan selama 3 menit  dan pindahkan biji ke aquades lagi sambil dikocok
h.        Ulangi selama 3 sampai 5 kali

3.3.4        Pembuatan Media
a.         Siapkan alat yang telah disterilisasi serta bahan-bahannya.
b.         Tuangkan aquadest sebanyak 1 liter kedalam erlenmeyer, lalu masukkan stock sesuai ukuran dengan menggunakan pipet tetes.
c.         Setelah semua stock dicampurkan maka selanjutnya di homogenkan dan pada saat di panaskan dituangkan  gula dan agar-agar sesuai takaran, serta menentukan pHnya.
d.        Setelah larutan tercampur maka pindahkan larutan ke gelas ukur dan masukkan kedalam botol kultur dengan hati-hati, lalu di autoclav selama 1 jam dalam suhu 125°C
e.         Media yang telah dibuat dipindahkan ke ruangan penyimpanan dan disimpan di baah sinar UV agar tidak terkontaminasi.

3.3.5        Pemotongan dan Penanaman Eksplan
a.       Pastikan kita menggunakan jas lab, masker dan sarung tangan saat akan melakukan pemotongan dan penanaman di dalam laminar air flow.
b.      Semprot tangan dengan alkohol sebelum bekerja di dalam laminar air flow
c.       Hidupkan laminar air flow
d.      Ambil pinset yang dicelupkan dalam alkohol, kemudian lap dengan tisue
e.       Selanjutnya panaskan di atas api bunsen.
f.       Ambil eksplan dan letakkan diatas cawan petri untuk dilakukan pemotongan.
g.      Potong eksplan sekitar 1mm sebanyak 3 potong.
h.      Masukkan potongan eksplan kedalam botol kultur.
i.        Tutup botol kultur dengan alumunium foil yang sudah di sterilisasi dan diikat dengan karet yang sudah di sterilisasi dengan alkohol.
j.        Kemudian tutup kembali dengan plastik buah.
k.      Pastikan selama pengerjaan, tangan tidak keluar dari laminar air flow.
l.        Setelah selesai simpan botol kultur di rak yang ada sinar UV agar tetap steril.



BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa minggu, dari 3 botol kultur  1 botol terdapat kontaminasi pada eksplan yang berbentuk lingkaran berwarna kekuning-kuningan pada minggu pertama setelah penanaman. Pada akhir pengamatan, seluruh permukaan media yang sudah terkontaminasi sudah penuh dengan jamur. Namun 2 botol kultur yang lain tidak terdapat kontaminasi.
     Pada akhir pengamatan, kami belum juga melihat adanya perubahan misalnya tumbuhnya kalus pada eksplan yang kami tanam. (hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran)

4.2    Pembahasan
4.2.1   Teknik Aseptik dalam Pembiakan Kultur Jaringan
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.Dimana sterilisasi tersebut dibagi menjadi 3 macam,yaitu :
a.    Sterilisasi lingkungan kerja
Yaitu sterilisasi yang dilakukan dalam penanaman eksplan agar mendapat tempat atau ruang yang steril dan bebas dari mikroorganisme. Tempat untuk menanam dan memindahkan eksplan yaitu disebut Laminar Air Flow. Dengan dihembuskannya aliran udara halus  dari blower melalui suatu filter HEPA (High Efficiency Particulate Air) dengan pori-pori kurang dari 0,3 µm. Fungsi aliran udara ini yaitu dapat mencegah kontaminan yang air borne selama penanaman.Sebelum bekerja,bagian dalam laminar disterilkan dengan alcohol 70% dan diratakan dengan tissue,kemudian dilanjutkan dengan menyalakan lampu UV selama 0,5-1 jam untuk mematikan kontaminan di permukaan tempat kerja.

b.    Sterilisasi alat dan media
Alat-alat seperti botol, Erlenmeyer, beaker glass, petridish, pinset, scalpel, dll sebaiknya sebelum disterilisasi peralatan dicuci dengan  detergen kemudian dibilas dengan aquades dan dikeringkan. Kemudian dibungkus dengan kertas merang atau kertas coklat. Temperatur yang digunakan untuk sterilasasi alat-alat dengan autoclave 121°C pada tekanan 17,5 psi selama 20-30 menit.

c.    Sterlisasi bahan tanam
Bahan tanam yang ada dilapangan banyak mengandung debu, kotoran-kotoran dan berbagai kontaminan hidup pada permukaan. Apabila kontaminan ini tidak dihilangkan maka media yang mengandung gula, vitamin, dan mineral merupakan sumber energi bagi kontaminan yang ada.Prinsip sterilasasi eksplan adalah dapat mematikan kontaminan tanpa membunuh eksplan, karena baik kontaminan maupun eksplan merupakan benda hidup. Berhasilnya teknik sterilsasi merupakan langkah awal keberhasilan dalam kerja kultur in vitro.
              Laminer Air Flow merupakan alat yang letaknya diruang penabur, yaitu fungsinya agar  ruang tersebut selalu dalam keadaan steril. Alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman. Bagian-bagian dari Laminer Air yaitu HEPA ,Pre filter ,Blower ,Fluorescent light ,Optimal UV light.
Adapun prosedur-prosedur dari penggunaan laminar Air Flow yaitu sebagai berikut :
Ø Nyalakan lampu UV, minimum selama 30 menit, sebelum laminar air flow digunakan. Hindarkan sinarnya dari badandan mata.
Ø Siapkan semua alat-alat steril yang akan dipergunakan. Alat-alat yang dimasukkan ke dlam laminar air flow cabinet, disemprot terlebih dahulu dengan alcohol 70% atau spiritus.
Ø Meja dan dinding dalam LAF disemprot dengan alkohol 70% atau dengan spiritus untuk mensterilkan LAF.
Ø Blower pada LAF dihidupkan untuk menjalankan air flow.
Ø Nyalakan lampu dalam LAF.
Ø LAF sudah siap untuk digunakan.

                        Macam-macam sterilisasi yang dapat digunakan :
a.       Sterilisasi basah atau sterilisai panas dengan tekanan atau sterilisasi uap (autoklaf). Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi lain uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi demikian merupakan sterilisasi paling efektif  dan ideal karena :
·      Uap merupakan pembawa (carrier) energy tertanal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi.
·      Bersifat nontosik, mudah diperoleh dan relatife mudah dikontrol.
·      Penggunaan autoklaf ini harus dengan suhu 121oC selama 15 menit. Factor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap ada 3 yaitu : waktu, suhu dan kelembaban. (Stefanus. 2006).

b.      Sterilisasi kering (Oven)
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsurpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasanya digunakan untuk alat-alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secara mudah atau untuk peralatan yang terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui mikanisme oksidasi sampai-sampai terjadinya koagulasi protein sel. Karena panas dan kering kurang efektif dalam membunuh mikroba dari autoklaf, maka sterilisasi memerlukan temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang.(Stefanus. 2006)

4.2.2   Pembuatan Media dalam Pembiakan Kultur Jaringan
            Kultur jaringan memerlukan media dalam menumbuhkan eksplan, media tersebut tentunya harus ada kandungan yang diperlukan dalam pertumbuhan eksplan. Kandungan yang harus ada dalam media kultur jaringan antara lain adalah:
a.       Unsur hara makro
Merupakan kebutuhan pokok pertumbuhan tanaman yang disediakan dalam bentuk garam-garan anorganik.
b.      Unsur hara mikro
Merupakan komponen protein sel tanaman yang penting dalam proses metabolism dan fisiologi. Contoh unsur hara mikro adalah Fe, Zn, B, Cu, Co, dan Mo.
c.       Vitamin
Terdapat sejumlah vitamin yang sering digunakan dalam media kultur jaringan, antara lain thiamine (B1), mio-inositol, niacin, pyridoxine (B6). Vitamin berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan dan morfogenesis maupun dalam pembelahan sel.
d.      Asam amino
Asam amino sangat diperlukan dalam kultur jaringan, yaitu untuk sumber makanan yang cepat untuk diserap tanaman.
e.       Karbohidrat
Contohnya adalah gula, yang merupakan komponen yang selalu ada dalam media kultur, kecuali untuk tujuan spesifik.

f.       Zat pengatur tumbuh (ZPT)
Dua golongan ZPT yang sangat penting dalam kultur jaringan adalah auksin dan sitokinin. ZPT tersebut berperan penting dalam merangsang pertumbuhan dan morfogenesis sal jaringan dan organ.
g.      Derajat keasaman (pH)
Sel-sel tanaman memerlukan pH sedikit asam (5,5 – 5,8). Pengaturan pH biasa dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes NaOH 1 N dan HCl 1 N.
            Beberapa media yang dapat digunakan dalam kultur jaringan, antara lain adalah media MS (Murhasige and Skoog). Media MS sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro, vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Eksplan yang digunakan dalam media MS adalah biji rambutan.
            Penggunaan media MS sangat baik karena di dalam media MS banyak mengandung unsur hara makro, mikro dan vitamin yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan eksplan. Stok media dalam MS harus ada karena untuk menumbuhkan dengan baik terhadap eksplan tersebut dan keberhasilan dalam penanaman melalui media kultur jaringan.
          Dalam praktikum ini , kami menggunakan ZPT alami yakni air kelapa dengan konsentrasi 15%. Penggunaan air kelapa 15% dikarenakan berdasarkan hasil peneliatian yang sudah ada , konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi terbaik Modifikasi media kultur dengan penambahan bahan organik dapat meningkatkan produksi rambutan secara kualitatif dan kuantitatif dibandingkan dengan produksi hasil dari alam.  Keuntungan menggunakan bahan organik tersebut untuk media adalah karena harganya murah dan mengandung zat-zat kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh (Untari, 2003).
          Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan makanan cair sumber energi, selain mengandung zat pengatur tumbuh. Air kelapa yang baik untuk kultur jaringan adalah air kelapa muda yang daging buahnya berwarna putih, belum keras tetapi masih dapat diambil dengan sendok. Air kelapa merupakan hormon alami kelompok auksin dan sitokinin. Dalam kultur jaringan, auksin berperan memacu pembentukan kalus, menghambat kerja sitokinin, membentuk klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, membentuk akar, dan mendorong proses embriogenesis.
          Sitokinin berperan memacu pembelahan sel, proliferasi meristem ujung, menghambat pembentukan akar, dan mendorong pembentukan klorofil pada kalus .
          Penggunaan media MS ditambah air kelapa 15% pada perbanyakan biji rambutan secara in vitro belum menghasilkan kalus pada akhir pengamatan. Hal ini mungkin karena waktu pengamatan yang kurang lama.

4.2.3   Kultur Organ dalam Pembiakan Kultur Jaringan
Pada hasil pengamatan terhadap kultur jaringan, pada eksplan botol 1 dan 2 tidak terjadi kontaminasi sama sekali. Tetapi dalam botol eksplan yang ketiga terjadi kontaminasi yaitu terkontaminasi jamur berupa serbok berwarna kekuning-kuningan yang mengelilingi eksplan (gambar dapat dilihat di lampiran). Kontaminasi tersebut terjadi pada minggu pertama setelah penanaman.
            Pada akhir pengamatan yakni pada minggu keempat, eksplan pada botol 1 dan 2 belum juga menunjukkan adanya pertumbuhan kalus. Hal ini mungkin karena waktu pengamatan tidak cukup hanya 4 minggu saja. Namun eksplan tidak terkontaminasi. Pada botol kultur ke-3, eksplan yang terkontaminasi jamur berwarna kuning , sudah berubah menjadi berwarna hitam dan menutupi seluruh permukaan media dan eksplan.
          Dalam pembuatan media harus dilengkapi dengan zat dan unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan ekslan, dan eksplan tidak mati dan pertumbuhannya bisa normal dan cepat berkembang. Seperti pada media yang kekurangan sumber karbon, yang digunakan dalam media kultur jaringan adalah gula dalam bentuk sukrosa, jika sumber karbon ini tidak diberikan maka tidak mempunyai energi untuk tumbuh, sehingga pertumbuhannya lambat.

 BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
a)    Sterilisasi dilakukan pada ruang kerja, bahan tanam, alat, media, dan lain-lain yang berhubungan dengan kultur jaringan.
b)   Laminar airflow digunakan untuk sterilisasi ruang kultur jaringan.
c)    Autoklaf berfungsi untuk untuk sterilisasi bahan dalam ruangan suhu.
d)   Bahan kimia yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah NaOH dan bayclin.
e)    Kontaminasi dapat terjadi karena jamur dan bakteri
f)    Kandungan dari media kultur jaringan antara lain karbohidrat, unsur hara makro, mikro, vitamin, asam amino, ZPT, derajat keasaman.
g)   Media yang digunakan dalam kultur jaringan biasanya adalah media MS.
h)   Media MS banyak mengandung unsur hara makro, mikro dan vitamin.
i)     Eksplan pada botol 1 dan 2 tidak terkontaminasi namun sampai pada akhir pengamatan belum juga menunjukkan adanya pertumbuhan kalus.
j)     Ekplan pada botol kultur 3 mengalami kontaminasi berupa jamur.
k)   Pada media tumbuh eksplan harus mempunyai kandungan hara yang lengkap untuk pertumbuhan eksplan yang baik.

5.2    Saran
Dalam melaksanakan kegiatan praktikum ini hendaknya praktikan memperhatikan kesterilan dari alat, media, dan bahan tanam. Pada saat melakukan pemotongan dan penanaman di laminar air flow, pastikan tangan tidak keluar dari laminar air flow. Tutup rapat botol kultur jaringan agar eksplan tidak mudah terkontaminasi. Serta melaksanakan kegiatan praktikum ini dengan baik dan benar agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan praktikum kali ini.



DAFTAR PUSTAKA

Suryowinoto, 1991.Kultur jaringan.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur
            Diakses pada tanggal 19 Januari 2012

Surachman , dedi, 2011, Tehnik Pemanfaatan Air kelapa untuk perbanyakan Nilam secara In vitro , Buletin tehnik Pertanian , vol 16 No 1
Indrianto,Yuni.2002.Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Jakarta: Gramedia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Perhitungan Curah hujan dan Laju Erosi

Praktikum Fisiologi Pohon (Zat Pengatur Tumbuh)

Anatomi dan Identifikasi Kayu Langsat