Praktikum Fisiologi Pohon (Zat Pengatur Tumbuh)

PRAKTIKUM I 
ZAT PENGATUR TUMBUH

 A.    PENDAHULUAN
Pertumbuhan suatu tubuh tumbuhan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan atau aktivitas bagian lainnya. Di duga hubungan itu terjadi karena adanya suatu senyawa kimia tertentu yang bergerak dari suatu bagian ke bagian lainnya. Senyawa kimia pada tumbuhan tersebut salah satunya adalah hormon. Hormon berasal dari kata Yunani hormaein yang berarti menggerakkan, dari pengertian hormon tersebut dapat dijabarkan bahwa hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organic yang disintesis dalam satu bagian  tumbuhan dan diangkut kebagian lain dalam konsentrasi yang sangat rendah dn melibatkan respon fisiologi.
Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Para ilmuwan sendiri lebih sering menggunakan istilah zat pengatur tumbuh atau plant growth regulator.
Fungsi hormon pada tumbuhan yaitu sebagai koordinator pertumbuhan dan perkembangan. Hormon yang dimaksud adalah auksin, giberelin, sitokinin, absisin, dan etilen. Tergantung pad system yng dipengaruhi, hormon dapat berfungsi sendiri atau lebih sering dalam keseimbangan antar hormon itu. Pemberin hormon dapat berakibat terhadap berbagai macam pertumbuhan yang tidak berkaitan, diduga hormon dari luar akan mengganggu keseimbngan hormon di dalam tubuh. Konsentrasi masing-masing hormon akan menentukan tanggapan pertumbuhan yang terjadi. Hormon biasanya hanya efektif pada konsentrasi internal sekitar 1 µM atau kurang. Hormon yang diproduksi oleh tumbuhan sering mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi.
Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman. Hormon–hormon tersebut antara lain auksin, giberelin, sitokinin dan asam abisat.
1. Auksin
Jenis Hormon
Fungsi
Tempat Diproduksi
Auksin
Mendorong perpanjangan batang, pertumbuhan akar, differensiasi sel dan percabangan, pertumbuahan buah, dominasi epikal, fototropisme, geotropisme.
Dihasilkan pada embrio dalam biji, meristem batang dan daun daun muda.

Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa.
 Auxin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).
Auxin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991).  Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).
Salisbury dan Ross (1995) menambahkan hormon yang pertama kali ditemukan adalah auksin.   Auksin endogen yaitu IAA (Indol Acetic Acid) ditemukan  pada tahun 1930-an bahkan saat itu hormon mula-mula dimurnikan dari air seni.  Karena semakin banyak hormon ditemukan maka efek serta konsentrasi endogennya dikaji.  Hormon pada tanaman jelas mempunyai ciri : setiap hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, respon itu bergantung pada species, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, yang diketahui dan berbagai faktor lingkungan yaitu cahaya, suhu, kelembaban, dan lainnya.
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa Pasca Sarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury dan Ross  1995).   Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman obat ke arah cahaya.   Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan.  Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh.  Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi  karena disintesis di daerah tersebut.
 IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya (Salisbury dan Ross  1995).   IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah.  IAA  adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman.  IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar  pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar.
Penelitian IAA oleh Gregorio et al (1995) pada embrio, endosperma, dan integumen benih Sechium edule (labu Siam) pada umur 23, 27, 33, dan 37 hari setelah anthesis adalah sebagai berikut: 1) jumlah IAA pada embrio pada umur tersebut berturut-turut 1.67%, 2.08%, 3.40 % dan 3.29 %, 2) Jumlah IAA pada endosperma berturut-turut 20.45%, 25.72%, 30,40%, dan 52.22% dari total IAA, dan 3) Jumlah IAA pada integumen adalah 8.44%, 9.32%, 8.76% dan 8.04%,  dan 4) Jumlah IAA total ( IAA terikat maupun IAA bebas).
Beberapa proses bekerjanya auxin pada tumbuhan adalah sebagai berikut :
Ø  Auxin turut serta dalam reaksi molekuler. Auxin bekerja sepertinya bekerjanya koenzim dalam pertumbuhan tanaman
Ø  Auxin mempengaruhi enzim. Auxin bekerja sebagai zat pelindung bagi enzim dari inaktivasi. Auxin mempengaruhi DNA sehingga aktif dalam sintesis protein
Ø  Auxin mempengaruhi tekanan osmotic tumbuhan. Auxin akan menaikkan tekanan osmotic tumbuhan sehingga akan menaikkan. Proses penyerapan air oleh tumbuhan.
Ø  Auxin akan memperpanjang/mengembangkan ukuran sel. Penjelasan secara Secara sederhana adalah bahwa auxin akan melunakkan dinding sel sehingga terjadi kenaikkan penyerapan air oleh sel yang akan berakibat sel mengembang.
Ø  Auxin menaikkan penyerapan H20.
            Beberapa fungsi auxin pada tumbuhan sebagai berikut :
·         Perkecambahan biji.
Auxin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak mau berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan Auxin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen
·         Pembentukkan akar.
Auxin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik
·         Pembungaan dan pembuahan
Auxin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah
·         Mendorong Partenokarpi
Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan .
·         Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
·         Mematahkan dominansi pucuk / apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang.

2. Giberilin
Jenis Hormon
Fungsi
Tempat Diproduksi
Giberilin
Mendorong pertumbuhan tinggi tanaman , mempengaruhi  perpanjangan sel dan pembelahan sel serta pertumbuhan pada akar daun dan bunga serta buah.
Di produksi oleh meristem batang, meristem akar, daun muda dan embrio.

Giberelin adalah senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium    moniliformae, ditemukan oleh F. Kurusawa. Fungsi giberelin :
·         pemanjangan tumbuhan
·         berperan dalam partenokarpi
            Giberelin bekerja pada gen dengan menyebabkan aktivasi gen-gen tertentu. Gen-gen yang diaktifkan akan membentuk enzim-enzim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetik (penampilan/kenampakan tanaman).
      Giberelin sering disingkat dengan GA merupakan diterpenoid yang menempatkannya dalam keluarga kimia yang sama dengan klorofil dan karotein.  Bagian dasar kimia GA adalah kerangka giban dan kelompok karboksil bebas.  Macam-macam bentuk GA dibedakan oleh penggantian kelompok hidroksil, metil atau etil pada kerangka giban dan karena adanya cincin laktona yang dihasilkan oleh kondensasi karbon 20 ke karbon 19 dalam struktur giban (Gardner, dkk., 1991).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa adanya cincin laktona seperti GA3, GA4 dan GA9 menyebabkan aktivitas biologis yang lebih besar dari pada analog serupa yang tidak memiliki cincin laktona seperti GA12 dan GA13.
Semua organ tanaman mengandung berbagai GA, dengan sumber terkaya sekaligus sebagai tempat biosintesisnya yaitu di dalam buah dan biji yang belum masak, tunas, daun dan akar (Rismunandar, 1988).  Biosintesis GA melibatkan 3 metabolit kimia, yaitu asam mevalonat yang bertindak sebagai pelopor untuk pembentukan isoprena, yaitu bagian dasar dalam karbon-19 dan karbon 20 kerangka giban, kaurena terbentuk dari isoprena, GA terbentuk dari kaurena  (Leopold dan Kriedemann, 1975 dalam Gardner, dkk., 1991).
GA diisolasi pada tahun 1926 oleh Karosawa dari jenis jamur Gibberella fujikuroi atau Fusarium heterosporum yang  hidup sebagai parasit pada tanaman padi.  Jamur ini dapat menyebabkan penyakit bakanae (penyakit kecambah tolol) pada padi, yaitu pertumbuhan batang berlebihan tetapi padi tidak mau berbuah.  Dari hasil pengamatan tersebut ternyata jamur memproduksi suatu zat yang dapat meningkatkan pertumbuhan , akhirnya zat aktif tersebut diberi nama giberilen atau disingkat GA (Wilkins, 1989).
Sejak tahun 1950 orang sudah menaruh harapan besar terhadap GA terutama untuk meningkatkan produksi tanaman budidaya.  GA sintetis yang biasanya tersedia secara komersial adalah GA3, GA7 dan GA13 (Heddy, 1986).
 Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut:
·         Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel..
·         Meningkatkan pembungaan
·         Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
·         Berperan pada pemanjangan sel.
Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui :
·         Peningkatan kadar auxin :giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin) sehingga kadar auxin meningkat.Giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak Auxin.
·         Giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
·         Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.

3. Asam traumalin
Jenis Hormon
Fungsi
Tempat Diproduksi
Asam Traumalin
Mampu memperbaiki kerusakan atau regenerasi sel pada luka yang terjadi pada tubuh tumbuhan baik pada daun, batang ataupun akar.

          Pertama kali dipelajari oleh Haberland. Pada percobaan yang dia lakukan, jaringan tanaman dilukai kemudian di cuci bersih, ternyata bekas bidang luka tidak membentuk jaringan baru. Pada jaringan luka tersebut yang dibiarkan akan terbentuk jaringa baru di dekat luka tersebut. 
4. Kalin
Jenis Hormon
Fungsi
Tempat Diproduksi
Kalin
Hormon yang mempengaruhi pembentukan organ pada tumbuhan.

Hormon kalin dibedakan menjadi  4 macam:
a.       Rizokalin yaitu hormon yang merangsang pembentukan akar, identik dengan vitamin B.
b.      Kaulokalin yaitu hormon yang merangsang pertumbuhan batang.
c.       Filokalin yaitu hormon yang merangsang pembentukan daun.
d.      Antokalin yaitu hormon yang merangsang pertumbuhan pada bunga.
5. Asam Absisat
Jenis Hormon
Fungsi
Tempat Diproduksi
Asam Absisat
Menghambat pertumbuhan, menutup stomata selama kekurangan air, menunda pertumbuhan.
Disintesis pada daun, buah, batang dan biji.

Asam Abscisat (ABA) adalah penghambat pertumbuhan merupakan lawan dari gibberellins: hormon ini memaksa dormansi, mencegah biji dari perkecambahan dan menyebabkan rontoknya daun, bunga dan buah. Secara alami tingginya konsentrasi asam abscisat ini dipicu oleh adanya stress oleh lingkungan misalnya kekeringan.
Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9.   Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks.  Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi.   Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA).   Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992).
Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman  disebut juga hormon tanaman.  Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA.  Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air,  tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas.  ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995).   Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid.   Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara  tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid.  ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.   

6.Gas Etilen
Jenis Hormon
Fungsi
Tempat Diproduksi
Gas Etilen
Mendorng pemasakan buah dan menyebabkan penebalan pada batang.
Diproduksi oleh jaringan buah masak, diruas batang dan jaringan tua.

       Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilendisintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen yang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering di gunakan para pedagang untuk mempercepat pemasakan buah. Oleh karena itu buah yang tua sering diletakkan ditempat tertutup (diperam) agar cepat masak.     Etilen merupakan senyawa unik dan hanya dijumpai dalam bentuk gas. senyawaini memaksa pematangan buah, menyebabkan daun tanggal dan merangsang penuaan. Tanaman sering meningkatkan produksi etilen sebagai respon terhadap stress dan sebelum mati. Konsentrasi etilen fluktuasi terhadap musim untuk mengatur kapan waktu menumbuhkan daun dan kapan mematangkan buah. Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasiakar, dan menghambat pemanjangan batang kecambah.

7. Sitokinin
Pertama kali ditemukan pada tembakau. Hormon ini merangsang pembelahan sel.Sitokinin sering juga dengan kinin, merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991).  Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan (misalnya endosperm cair).  Buah jagung, pisang, apel, air kelapa muda dan santan kelapa yang belum tua merupakan sumber kinin yang kaya.
                  Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C – 5, ke suatu molekul adenin.  Rantai beratom C – 5 dianggap berasal dari isoprena.  Basa purin merupakan penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik  (Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989).  Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid.
                  Sebenarnya sudah sejak tahun 1892 ahli fisologi I. Wiesner, menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel membutuhkan zat yang spesifik dan adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous.  Secara pasti baru tahun 1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan F.M. Strong dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut kinetin dari DNA yang diautoklap,  sangat  aktif  sebagai  promotor    mitosis  dan  pembelahan  sel  kalus (Moree, 1979).  Selanjutnya dijelaskan  bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian cytokinesis yang berarti pembelahan sel.  Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan C.O. Miller tahun 1963 diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang disebut zeatin.  Sitokini alami terjadi dari derivat isopentenyl adenine.
                  Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di bidang pertanian seperti BA, kinetin dan PBA.  Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas, tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.
      Beberapa fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut :
·         Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam  proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman.
·         Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi (tidak mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman.
·         Pembentukkan tunas-tunas baru,turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
·         Penundaan penuaan atau kerusakan  pada hasil panenan sehingga lebih awet.
·         Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
·         Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin

 B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui bagaimana pengaruh ZPT terhadap pertumbuhan stek pohon.

            C.BAHAN DAN ALAT
1.      Bahan
Ø  10 Stek batang pohon insulin  setinggi 30 cm
Ø  Rootone F
Ø  Vaselin
Ø  Media tumbuh , tanah bercampur pasir 3 : 1
Ø  Aquades
2.      Alat
Ø  Gunting pisau stek
Ø  Polybag
Ø  Cawan petri dan pengaduk

D.    TINJAUAN PUSTAKA
Hormon tumbuh (auksin) merupakan hormon yang bereaksi dengan bahan kimia lain pada tumbuhan. Auksin disusun pada jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman, seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan juga pada ujung akar. Pada acara ini yang akan dibahas adalah pengaruh auksin dalam ujung tanaman pada akar. Fungsi auksin bukan hanya menambah kegiatan pembelahan sel pada jaringan meristem melainkan berupa pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel-sel tersebut menjadi panjang dan banyak berisi air. Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel yang mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas (Heddy, 1990).
Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme dan bersifat tidak dapat dikembalikan (irreversible). Proses ini umumnya di ikurti dengan pertambahan bobot tubuh. Pertumbuhan akan di ikuti oleh proses perkembangan yang merupakan suatu proses yang saling berkaitan. Kedua hal ini terjadi melalui beberapa tahapan. Seperti halnya pada akar, yang merupakan bagian tumbuhan berbiji yang berada dalam tanah bewarana putih, dan seringkali berbentuk meruncing dan suka menembus dalam tanah. Akar memiliki bagin-bagian/ komponen-komponen penyusun akar, salah satunya adalah tudung akar yang berada dibagian ujung akar. Dibagian belakang tudung akar terdapat terdapat titik tumbuh yang berupa sel-sel meristem yang selalu membelah. Dibelakang titik tumbuh meristem terdapat kumpulan sel-sel besar yang memanjang atu disebut sebagi daerah perpanjangan. Perpanjangan bagian meristem ini sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh adanya hormon tumbuh pada akar. (Diah Aryuliana,dkk.1999)
Jika ujung suatu tanaman dipangkas, kemudian luka itu diberi pasta yang mengandung IAA dalam konsentrasi tinggi, maka akan terjadi pembelahan dan pengembangan sel-sel meristem yang luar biasa, yang mengakibatkan terjadinya tumor. Auksin juga mempercepat proses differensiasi di daerah meristem dan menggiatkan kambium membentuk sel-sel baru.
Ujung-ujung lain spesies mempunyai zat yang fungsinya sama dengan auksin, yaitu auksin-b (C18H30O4). Auksin b ini tidak mempengaruhi pertumbuhan spesies lain. Selain itu, ada juga auksin a (C18H32O5) yang mempengaruhi avena. Auksin a ternyata serupa dengan auksin b, bedanya adalah auksin a mempunyai satu molekul air lebih banyak daripada auksin b ( Dwidjoseputro, 1986).

E.     PROSEDUR KERJA
1.      Penyiapan stek pucuk
Penyiapan stek masing – masing 10 stek batang muda kemudian dikupas kulit bagian bawahnya sepanjang 1,5 cm secara melingkar. Sesudah itu potong bagian ujung atas stek di bagian atas ketiak daunnya secara horizontal, kemudian olesi dengan vaselin . Potong 2/3 jumlah daun stek, tinggalkan 1/3 nya.              
2.      Penyiapan media tumbuh
Campurkan tanah dengan pasir dengan perbandingan 3:1 masukan kedalam polybag hingga ¾ bagiannya. Lubangi bagian bawah polybag.
3.      Penyiapan ZPT
Campurkan Rootone F dengan aquades atau air bersih , lalu adauk perlahan – lahan sampai berbentuk pasta. Setelah itu, oleskan pasta tersebut pada pangkal stek yang telah dikupas (oleskan jangan terlalu tebal).
4.      Penanaman stek
Lubangi media tanam dalam pot sebesar diameter stek. Lalu tanam secara hati-hati, kemudian tekan / padatkan media disekitar stek agar stek tidak bergoyang. Letakkan polybag yang telah berisi stek pada tempat yang tidak menerima sinar matahari secara langsung.
5.      Pemeliharaan
Siram media tumbuh sesuai dengan kebutuhan air pada kapasitas lapang. Ssetiap hari 2x penyiraman (pagi dan sore)
6.      Pengamatan
Lakukan pengamatan setiap sttek dalam hal jumlah tunas , panjang tunas jumlah akar dan panjang akar utama pada akhir peercobaan yaitu 20 hari setelah stek ditanam. Bandingkan hasil yang diperoeh dari penggunaan ZPT dengan hasil yg diperoleh tanpa penggunaan ZPT.

F.     HASIL PENGAMATAN
STEK
NO
POHON
Dengan ZPT
Tanpa ZPT
Jlh tunas
Pjg tunas
(cm)
Jlh
akar
Pjg
Akar utama
(cm)
Jlh tunas
Pjg tunas
(cm)
Jlh
akar
Pjg
Akar utama
(cm)
Spesies
1
1
2
2,5
-
-
1
1,8
-
-
2
3
3,3
-
-
2
2,1
-
-
3
2
2,1
-
-
2
1,2
-
-




G.    PEMBAHASAN
Hormon berasal dari bahasa Yunani; hormaein yang berarti menggiatkan. Hormon merupakan senyawa organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali, ditransportasikan ke seluruh tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologis lainnya. Sedangkan fitohormon ialah sekumpulan zat-zat yang membantu pertumbuhan, biasa disebut zat penumbuh atau hormon pertumbuhan.
            Pada praktikum kali ini kami menggunakan tanaman insulin. Tanaman yang diberi perlakuan ZPT mempunyai pertumbuhan tunas yang lebih cepat daripada yang tidak diberi perlakuan. Hal ini karena NAA merupakan salah satu hormon yang berfugsi untuk merangsang pertumbuhan tunas. Sesuai dengan teori yakni Jika ujung suatu tanaman dipangkas, kemudian luka itu diberi pasta yang mengandung IAA dalam konsentrasi tinggi, maka akan terjadi pembelahan dan pengembangan sel-sel meristem yang luar biasa, yang mengakibatkan terjadinya tumor. Auksin juga mempercepat proses differensiasi di daerah meristem dan menggiatkan kambium membentuk sel-sel baru.
            Namun pengamatan terhenti pada minggu kedua karena tanaman yang kami tanam mati. Sehingga kami tidak dapat mengetahui perakaran dari tanaman tersebut. Kematian dari tanaman tersebut disebabkan karena tanaman jarang disiram serta banyak hama yang merusak tanaman. Namun berdasarkan teori yang ada, pemberian auksin mempunyai fungsi memacu pembentukan akar pada tanaman, terutama pada tanaman berkayu. Namun demikian, pengaruh auksin mempunyai batas konsentrasi, di mana pada konsentrasi rendah auksin akan memacu pembentukan dan pertumbuhan akar dan pada konsentrasi tinggi harus dilaporkan menghambat pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman.

H.    KESIMPULAN
Pemberian NAA terhadap tanaman terbukti berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tunas. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
·         Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme dan bersifat tidak dapat dikembalikan (irreversible).
·         Tanaman dapat tumbuh jika kadar kebutuhan hara dan unsur yang dibutuhkan seimbang dengan hara yang diperoleh sehingga Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel yang mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas.
·         Auksin merupakan hormon tumbuh yang berfungsi untuk pengembangan sel-sel yang ada di bawah belakang meristem.
·         Pengaruh auksin pada tanaman baik itu akar maupun batang dimana kita telah ketahui bersama bahwa auksin berfungsi sebagai merangsang pembelahan sel dalam kambium, tetapi dalam akar pengaruh auksin/IAA biasanya malah akan menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang rendah

I.       DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Perhitungan Curah hujan dan Laju Erosi

Anatomi dan Identifikasi Kayu Langsat