Laporan Praktikum Ekologi Hutan di Cagar Alam Raya Passi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi Hutan adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara mahluk hidup
dengan lingkungan. Hubungan ini sangat erat dan komplek sehingga menyatakan
bahwa ekologi adalah biologi lingkungan (Eviromental biology).
Tujuan ekologi adalah untuk
memahami mekanisme yang mengatur struktur dan fungsi suatu ekosistem. Untuk
mengetahui sistem ekologi pada suatu waktu tertentu, perlu diketahui organisme
apa saja yang hidup ditempat tertentu ,
bagaimana kepadatannya,dan bagaimana hubungannya dengan banyak faktor fisik dan
kimia di lingkungan abiotik di sekelilingnya. Oleh karena itu dalam mata kuliah
ekologi hutan, vegetasi hutan dapat diketahui dengan cara analisis vegetasi.
Pada praktikum ini , kami melakukan analisis vegetasi
dengan menggunakan metode kuadran.
1.2 Tujuan praktek
Adapun tujuan dari
praktikum ini antara lain:
a. Mengenal secara langsung ekosistem hutan dan komponen – komponen yang ada
dalam suat ekosistem hutan
b. Mengetahui komposisi jenis suatu ekosistem hutan
c. Mengetahui dominasi suatu jenis pohon hutan berdasarkan INP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keadaan Lapangan
Cagar Alam Raya
Pasi/Obyek Wisata Alam Gunung Poteng ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian No. 326/Kpts-Um/5/1978 tanggal 20 Mei 1978 dengan luas 3.742
Ha.Cagar Alam Raya Pasi/OWA Gn Poteng secara geografis terletak di antara
049’-051’ Lintang Utara dan 10859’-10991’ Bujur Timur. Secara administratif
termasuk Kecamatan Tujuh Belas dan sebagian kecil dalam wilayah Kecamatan
Samalantan, Kabupaten Dati II Sambas, Propinsi Kalimantan Barat.
Keadaan topografi
kawasan CA Raya Pasi/OWA Gunung Poteng pada umumnya bergelombang, sedang sampai
berat dan bergunung dengan kemiringan 15-65. Ketinggiannya berkisar antara
150-920 m dpl. Puncak tertinggi adalah Gunung Raya (920 m dpl).
Berdasarkan klasifikasi
Schmidt dan Ferguson CA Raya Pasi/OWA Gn. Poteng termasuk ke dalam klasifikasi
type A dengan curah hujan rata-rata pertahun 263 mm dengan kelembaban 55%.
Potensi flora di dalam
kawasan adalah famili Dipterocarpaceae, Ebenaceae, Lauramceae dengan
jenis-jenis Empaning (Qurros bennetti), Meranti, Babab, Marabatu dan
Mertana, Kayu alam (Eugenia sp.), Aren (Arenga pinnata). Di dalam
kawasan CA terdapat beberapa jenis anggrek alam dan bunga raflesia tuan madae
dan raflesia padma yang dilindungi.
Selan flora , pada
cagar alam raya pasi juga terdapat beberapa fauna. Jenis-jenis fauna yang hidup
di dalam kawasan tersebut adalah jenis-jenis yang dilindungi di antaranya
adalah Ayam hutan, Burung madu, Burung ancuit, Rangkong, Tangkaraba, Tiung,
Babi hutan, Bajing merah, Bajing terbang, Binturong, Kera ekor panjang, Kukang,
Landak, Pelanduk, Trenggiling, Ular hijau, Ikan gonggong, Biawak, Lutung, Macan
dahan dan Rusa.
2.2 Klasifikasi Jenis Pohon
Dalam praktikum kali ini , kami menemukan beberapa
jenis pohon . Adapun klasifikasi dari pohon-pohon tersebut antara lain :
a. Pohon karet
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili :
Euphorbiaceae
Genus :
Hevea
Habitus
Tanaman karet adalah tanaman tahunan
yang dapat tumbuh sampai umur 30tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon
dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 - 20 meter.
Tanaman karet juga memiliki sistem
perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat
tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan.Akar ini juga digunakan
untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada
perbanyakan tanaman karet.
Tanaman
karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5tahun) dan
sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomistanaman karet
dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
b. Pohon Durian
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili :
Bombacaceae
Genus :
Durio
Habitus
Tinggi tempat dari muka
laut 150 - 500 m. Curah Hujan 1.500 - 2.000 mm/thn dengan bulan kering 2 - 3
bulan dan bulan basah 9 - 10 bulan. Berada pada iklim basah suhu udara 27°C -
30°C dengan Kelembaban 70 % - 80%.
Keadaan tanahnya antara
lain tidak terlalu memilih tempat dan jenis tanah tetapi yang paling ideal
ialah lempung pasir, subur, gembur banyak mengandung bahan organik , lapisan
dalam lebih dari 150 cm serta airasi dan drainasenya baik dengan pH 5,5 – 7.
Selain pohon karet dan durian , ada beberapa jenis
lagi yang kami temukan pada petak pengamatan kami. Pohon itu adalah pohon
bautiong , pohon belihing , pohon garong, dan pohon umam. Namun kami belum menemukan
nama ilmiah dari pohon lokal tersebut
dikarenakan terbatasnya referensi yang kami miliki . Oleh karena itu, sulit
untuk kami mengetahui klasifikasi dari pohon tersebut.
2.3 Analisis vegetasi
Frekuensi adalah nilai
besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis didalam komunitasnya. Angka
ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah dari petak-petak yang diduduki
suatu jenis terhadap keseluruhan petak yang diambil sebagai petak contoh di
dalam melakukan analisis vegetasi. Frekuensi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti
luas petak contoh, penyebaran tumbuhan dan ukuran jenis tumbuhan.
Dominansi adalah
besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat
tumbuh , berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan
suatu jenis tumbuhan untuk bersaing tehadap jenis lainnya. Dalam pengukuran
dominansi dapat digunakan proses kelindungan ( penutup tajuk ), luas basah area
, biomassa, atau volume. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan vegetasi, iklim dan tanah berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Dalam ilmu
vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi
yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap
harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Anonim. 2009).
Dalam penghitungan penutupan tajuk
ini, barisannya dilakukan dengan cara mengukur luasan tajuk untuk tiap jenis
yang terdapat dalam petak contoh, kemudian dicari domonansi relatifnya.
Selanjutnya proses penutupan tajuk dapat diukur proyeksi tajuk tanah. biomassa
adalah ukuran untuk menyatakan berat suatu tumbuhan. Sedangkan volume dapat
dihitung dari rata-rata luas basal area x tinggi tumbuhan bebas cabang x factor
koeksi pohon.
Metode kuadran adalah salah satu
metode yang tidak menggunakan petak contoh
(plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk
pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih
besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut
antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai
diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai
pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).
Metode kuadran mudah dan lebih
cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui
komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali
disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan
ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang
hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan
satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini
digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur
komunitas.
Kurva spesies area merupakan
langkah awal yang digunakan untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan petak
contoh. Kurva spesies area digunakan memperoleh luasan minimum petak contoh
yang dianggap dapat mewakili suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu
yang sedang dipelajari. Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang
terdapat pada areal tersebut makin luas kurva spesies areanya. Untuk
mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan
yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak
tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau
dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi
yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat
dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien
lingkungan tertentu.
Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode
ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien
ketidaksamaan (Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk
mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam
bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa
mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang
saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.
Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis
dengan perubahan faktor lingkungan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu
penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan
iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang
spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain
karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Cara ini terdiri dari suatu seri
titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara
random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya
dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan
mata angin (arah kompas).Titik pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis
transek setiap jarak 10 m (Polunin, 1990)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode praktek
Praktek dilaksanakan di dalam jalur bersamanan dengan pelaksanaan
praktek ekologi hutan dan inventarisasi hutan.
A. Lokasi dan waktu praktek
Tempat :
Cagar Alam Raya Passi, Singkawang
Hari/tanggal : Sabtu,
09/06/2012
Waktu
:
07.30 - selesai
B. Alat dan Bahan
Ø Pita ukur
Ø Alat tulis
Ø Kamera digital
Ø Kompas
Ø Tally sheet
C. Tahapan pelaksanaan praktek
Pada pelaksanaan pengamatan , kami melakukan analisis vegetasi dengan menggunakan
metode kuadran. Langkah kerjanya antara lain :
Ø Pembuatan rintisan menyerupai jalur dengan panjang rintisan sebesar 100m.
Ø Pada rintisan tersebut , dibuatlah titik – titik kuadran pengamatan dengan
jarak anatar titik sebesar 20m. Titik kuadran pertama dibuat pada jarak rintis
10m.
Ø Pencatatan masing – masing jenis pohon yang terdapat pada tiap – tiap
kuadran. Pohon yang dicatat adalah pohon yang jaraknya paling dekat dengan
titik kuadran . (Dicatat dalam tally sheet)
Ø Dokumentasikan kondisi ekosistem beserta jenis-jenis pohon yang terdapat
dalam jalur pengamatan
BAB III
HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN
3.1 Analisis Data & Perhitungan
Tabel : Analisa
Kwantitatif dengan cara kuadran pada Lima titik Pengukuran di Jalur 4 kawasan
Cagar Alam Raya Pasi
No.
Titik Pengukuran
|
No.
Kuadran
|
Jenis
|
Keliling
(cm)
|
Ø
(m)
|
Jarak
(m)
|
LBDS
(m²)
|
1
|
1
|
Karet
|
41
|
0,1306
|
1,91
|
0,013384
|
2
|
tdk ada
|
|||||
3
|
karet
|
39
|
0,1242
|
1,31
|
0,0121
|
|
4
|
tdk
ada
|
|||||
2
|
1
|
Durian
|
93
|
0,2962
|
0,93
|
0,0689
|
2
|
Durian
|
156
|
0,4968
|
5,29
|
0,1938
|
|
3
|
Bautiong
|
63
|
0,2006
|
3,28
|
0,0316
|
|
4
|
Belihing
|
60
|
0,1911
|
4,53
|
0,0287
|
|
3
|
1
|
Karet
|
97
|
0,3089
|
3
|
0,0749
|
2
|
Durian
|
57
|
0,1815
|
3,45
|
0,0259
|
|
3
|
Manuyut
|
143
|
0,4554
|
3,84
|
0,1628
|
|
4
|
Karet
|
91
|
0,2898
|
3,2
|
0,0659
|
|
4
|
1
|
Belihing
|
200
|
0,6369
|
1,5
|
0,3185
|
2
|
Karet
|
133
|
0,4236
|
2,3
|
0,1408
|
|
3
|
tdk
ada
|
|||||
4
|
tdk
ada
|
|||||
5
|
1
|
garong
|
40
|
0,1274
|
2,34
|
0,0127
|
2
|
karet
|
90
|
0,2866
|
1,54
|
0,0645
|
|
3
|
Karet
|
83
|
0,2643
|
6,75
|
0,0548
|
|
4
|
umam
|
62
|
0,1975
|
8,2
|
0,0306
|
|
Total
|
53,37
|
1,2999
|
Perhitungan
1. Jarak rata-rata
Jarak rata – rata =
Jarak rata – rata =
= 3,3356
2. Kerapatan seluruh jenis/hektar
Kerapatan seluruh jenis / hektar =
Kerapatan seluruh
jenis/hektar =
=
= 896,7794
3. Kerapatan/jenis
Jumlah dari kuadran =
Jumlah / pohon / hektar =
Spesies
|
Jumlah dari kuadran
|
Jumlah/pohon/hektar
|
Karet
|
7/16 = 0,4375
|
0.4375 x 896,7794 = 392,341
|
Durian
|
3/16 = 0,1875
|
0,1875 x 896,7794 = 168,146
|
Belihhing
|
2/16 = 0,125
|
0,125 x 896,7794 = 112,097
|
Manuyut
|
1/16 = 0,0625
|
0,0625 x 896,7794 = 56,0487
|
Garong
|
1/16 = 0,0625
|
0,0625 x 896,7794 = 56,0487
|
Umam
|
1/16 = 0,0625
|
0,0625 x 896,7794 = 56,0487
|
Bautiong
|
1/16 = 0,0625
|
0,0625 x 896,7794 = 56,0487
|
Total / ∑a
|
896,7794
|
4. Kerapatan relatif
Kerapatan Relatif =
x 100%
Kerapatan relatif dari
:
Ø Karet =
x 100% = 43,75%
Ø Durian =
x 100 % = 18,75%
Ø Belihing =
x 100% =
12,5%
Ø Manuyut =
x 100% =
6,25%
Ø Garong =
x 100%
= 6,25%
Ø Umam =
x 100% =
6,25%
Ø Bautiong =
x 100% =
6,25% +
100%
5. Frekuensi
Frekuensi =
Frekuensi dari :
Ø Karet = 4/5 = 0,8
Ø Durian = 2/5 = 0,4
Ø Belihing = 2/5 = 0,4
Ø Manuyut = 1/5 = 0,2
Ø Garong = 1/5 = 0,2
Ø Umam = 1/5 = 0,2
Ø Bautiong =
1/5 = 0,2 +
Jumlah =
12/5 = 2,4
6. Frekuensi relatif
Frekuensi relatif =
x 100%
Frekuensi Relatif dari
:
Ø Karet = (0,8/2,4 ) x
100% = 33,33%
Ø Durian = (0,4/2,4) x
100% = 16,67%
Ø Belihing = (0,4/2,4) x
100% = 16,67%
Ø Manuyut = (0,2/2,4) x
100% = 8,33%
Ø Garong =
(0,2/2,4) x 100% = 8,33%
Ø Umam = (0,2/2,4) x
100% = 8,33%
Ø Bautiong =
(0,2/2,4) x 100% = 8,33% +
Jumlah 99,99%
7. Dominansi
Jenis
|
Jumlah dari kuadran
|
jumlah/pohon/ha
|
∑ LBDS
|
rata - rata LBDS
|
Karet
|
0,4375
|
392,3410
|
0,4265
|
0,4265/7 = 0,0609
|
Durian
|
0,1875
|
168,1461
|
0,2885
|
0,2885/ 3 = 0,0962
|
Belihing
|
0,125
|
112,0974
|
0,3471
|
0,3471/2 = 0,1736
|
Manuyut
|
0,0625
|
56,0487
|
0,1628
|
0,1628/1 = 0,1628
|
Garong
|
0,0625
|
56,0487
|
0,0127
|
0,0127/1 = 0,0127
|
Umam
|
0,0625
|
56,0487
|
0,0306
|
0,0306/1 = 0,0306
|
Bautiong
|
0,0625
|
56,0487
|
0,0316
|
0,0316/1 = 0,0316
|
Dominansi = Jumlah LBDS tiap
jenis x jumlah jenis per hektar
Dominansi dari :
Ø Karet = 0,4265 x
392,3410 = 167,3334 m²
Ø Durian = 0,2885 x 168,1461
= 48,5102 m²
Ø Belihing = 0,3471 x 112,0974
= 38.,9090 m²
Ø Manuyut = 0,1628 x
56,0487 = 9,1247 m²
Ø Garong = 0,0127
x 56,0487 = 0,7118 m²
Ø Umam = 0,0306 x
56,0487 = 1,7151 m²
Ø Bautiong =
0,0316 x 56,0487 = 1,7711 m²
+
Jumlah
=
268,0754 m²/ha
8. Dominansi Relatif
Dominansi relatif =
x 100%
Dominansi Relatif dari
:
Ø Karet = (167,3334 /
268,0754) x 100% = 62,42%
Ø Durian = (48,5102 /
268,0754) x 100% = 18,10%
Ø Belihing = (38.,9090 /
268,0754) x 100% = 14,51%
Ø Manuyut = (9,1247 / 268,0754) x 100% = 3,40%
Ø Garong = (0,7118 / 268,0754) x 100%
= 0,27%
Ø Umam = (1,7151 / 268,0754) x
100% = 0,64%
Ø
Bautiong = (1,7711 / 268,0754) x100%
= 0,66% +
Total = 100%
9. Indeks Nilai Penting
INP = frekuensi Relatif +
Dominansi Relatif + Kerapatan Relatif
Jenis
|
F. Relatif (%)
|
D. Relatif (%)
|
K. Relatif (%)
|
INP
|
Urutan Nilai Penting
|
Karet
|
33,33
|
62,42
|
43,75
|
139,5
|
1
|
Durian
|
16,67
|
18,1
|
18,75
|
53,52
|
2
|
Belihing
|
16,67
|
14,51
|
12,5
|
43,68
|
3
|
Manuyut
|
8,33
|
3,4
|
6,25
|
17,98
|
4
|
Garong
|
8,33
|
0,27
|
6,25
|
14,85
|
7
|
Umam
|
8,33
|
0,64
|
6,25
|
15,22
|
6
|
Bautiong
|
8,33
|
0,66
|
6,25
|
15,24
|
5
|
3.2 Pembahasan
Analisa vegetasi dilakukan untuk mengetahui variasi yang ada pada suatu
ekosistem atau area. Pada pengamatan kami , jumlah pohon yang kami temukan
sangat sedikit. Pada 5 titik pengukuran yang kami lakukan , tidak semua titik
mempunyai 4 pohon atau 4 kuadran. Ada dua titik pengukuran yakni titik 1 dan 4
yang tidak lengkap. Hal itu karena pada areal tersebut memang vegetasi tingkat
pohon sedikit. Namun yang banyak adalah tingkat semai , pancang dan tiang.
Pada areal yang kami amati , kami hanya menemukan 7 jenis pohon yakni pohon
karet , durian, belihing , bautiong , garong, manuhut dan pohon umam. Ketujuh
jenis tersebut memiliki nilai kerapatan relatif, dominansi relatif dan
frekuensi rerlatif yang bervariasi. Nilai – nilai tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang kami lakukan maka dapat diketahui
bahwa :
a.
Pohon yang memiliki
tingkat dominansi tertinggi adalah pohon karet yakni sebesar 62,42% , sedangkan
pohon dengan dominansi terendah adalah pohon
garong dengan nilai dominansi sebesar 0,27%.
b.
Pohon dengan tingkat
kerapatan tertinggi adalah pohon karet dengan tingkat kerapatan sebesar 43,75%.
Sedangkan pohon dengan tingkat kerapatan terendah adalah pohon manuyut , garong
, umam dan bautiong dengan nilai sebesar
6,25%.
c.
Pohon dengan tingkat
frekuensi tertinggi adalah pohon karet dengan tingkat frekuensi sebesar 33,33%.
Sedangkan pohon dengan tingkat frekuensi terendah adalah pohon manuyut , garong
, umam dan boutiong dengan tingkat frekuensi sebesar 8,33%.
d.
Pohon dengan INP
tertinggi adalah pohon karet dengan nilai INP sebesar 139,5%. Dan yang memiliki
nilai INP terkecil adalah pohon garong
dengan nilai INP sebesar 14,85%.
Indeks nilai
penting digunakan sebagai parameter
kuantitatif yang dapat dipakai
untuk menyatakan tingkat
dominansi spesies dalam
suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan nilai INP tersebut kita dapat
mengetahui spesies apa yang mendominasi pada kawasan tersebut.
Berdasarkan hasil pengolahan data , maka didapatlah
urutan nilai penting yakni antara lain : karet , durian , belihing , manuhut , bautiong , umam dan garong.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
INP merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui variasi yang
ada pada suat tegakan. Pada pengamatan kami , tidak banyak variasi spesies yang
kami temukan. Hanya ada 7 jenis pohon yang kami temukan. Dari ketujuh jenis
pohon tersebut , yang paling mendominasi adalah pohon karet.
4.2 Saran
Metode kuadran adalah metode yang mudah dan cepat untuk melakukan analisis
vegetasi. Namun metode ini akan berkurang akkurasinya apabila dipergunakan
untuk sampling pada distribusi individual yang tidak menyebar secara acak atau
jumlah individu yang dicatat hanya sedikit. Oleh karena itu , metode ini
sebaiknya tidak digunakan untuk populasi yang mengelompok atau individu yang
mempunyai penyebaran tidak merata.
DAFTAR PUSTAKA
Budhi, Setia. 2009. Bahan Kuliah Ekologi Hutan. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Budhi, Setia.
2009. Penuntun Praktikum Ekologi Hutan. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak
Irwanto. 2007.
Analisis Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu,
Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Jihadi ,M
Amril, 2000, Studi Jenis-Jenis Permudaan Alam Diareal Bekas Tempat Pengumpulan
Kayu (Tpn) Pada Berbagai Tingkat Umur Di Hph Pt. Barito Pacipic Timber (Unit I)
Kecamatan Ambalau Kabupaten Sintang. Skripsi Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjungpura, Pontianak. Tidak dipublikasikan
Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara.
Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Sumatra Utara.
Rahayu, S,
1991, Analisa Permudaan Hutan Alam Menurut Ukuran Rumpang Pada Areal Bekas
Tebangan. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak. Tidak dipublikasikan.
Soemarwoto,
Otto, 1997, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan Edisi Revisi, Penerbit
Djambatan, Jakarta.
Soerianegara, I
dan A, Indrawan, 1978, Ekologi Hutan Indonesia, Lembaga Kerjasama Fakultas
Kehutanan IPB, Bogor.
Komentar
Posting Komentar